Pernahkah kamu merasa seperti bintang, dan dia adalah buminya?
Kamu selalu bersinar, menerangi kegelapan yang memenuhi langitnya. Setiap malam dan gelap tiba, kamu selalu ada untuknya.
Ya, begitu pikirmu, sampai kamu melihat sekeliling. Dan kamu sadar, bahwa kamu hanya kesedar satu dari antara jutaan bintang lainnya yang berlomba-lomba memancarkan cahaya paling terang, untuk dirinya. Ah, ketidakhadiranmu pun, dia tak akan sadar. Ternyata selama ini, kamu tidak seberguna yang kamu kira.
Apalagi dengan mereka, lampu-lampu yang berusaha menghalangi dia untuk melihatmu. Mengapa seluruh dunia seakan tidak ingin aku untuk menjadi pendampingnya? pikirmu.
Oh, ya. Katanya juga, bintang yang kini kita lihat di langit, mungkin sudah mati milyaran tahun yang lalu. Mungkin sama halnya denganmu, yang akan ia sadari usahanya setelah semuanya telah terlambat.
Kamu pun berharap, seandainya kamu adalah mataharinya. Matahari yang selalu dibutuhkan oleh bumi.
.
.
Hey, tapi ada satu hal yang kamu lupakan:
Matahari pun adalah bintang, sama seperti dirimu.
Mungkin jika kamu berhenti sejenak dan melihat sekelilingmu, kamu akan menemukan “bumi”-mu, dengan dirimu, sebagai mataharinya.
Someone, somewhere, is made for you. And they will love you with all of their heart. You will find them, someday. 🙂
Kamu sungguh menyemangatiku untuk move on dengan tulisanmu ini…
Thankyou … I mean it.
glad to hear that! 😀 hehehe